The Beutiful 0f Binongko Marine
> Pantai Yoro
Nikmati hari spesial anda dengn berlibur di Wakatobi, tepatnya di pulau Binongko. Di Binongko terdapat keindahan alam yang mempesona yaitu pantai Yoro yang memilik pasir putih yang kemerahan dan panjang pantai sekitar 250 meter. Letaknya di desa Kadhia Wali, kecamatan Togo Binongko, kabupaten Wakatobi.
Tempat ini juga sering menjadi tempat penyu untuk bertelur. Pantai Yoro juga menyedikan kegiatan pelepasan tukik /anak penyu. Selain itu, terdapat ikan-ikan karang yang mempesona. Aktifitas interaksi spesies penyu ini akan sangat menarik untuk wisatawan. Bersebelahan dengan Pantai Sampua Buea, cagar alam bakau yang cukup indah karena terdapat beberapa sand-island di tengah bakau pada saat surut. Melihat potensi dari Pantai Yoro yang luar biasa dan lokasi yang sangat strategis untuk dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata yang ada di pulau Binongko. Masyarakat Binongko berharap, bahwa ke depan pantai Yoro dapat menjadi salah satu alternative pengembangan wisata yang dapat membuat masyarakat Binongko dapat berlibur
> Taman Batu
tempat wisata di wilayah kepulauan ini yang menyimpan misteri. Salah satunya adalah Taman Batu Tanduna.Dilansir dari Butonmagz, Taman Batu Tonduna adalah sebuah kawasan yang terdiri dari hamparan batu karang berwarna hitam sepanjang 500 meter, terletak diujung paling selatan Pulau Binongko.Masyarakat setempat menyebutnya sebagai ‘Batu Angus’. Yang menakjubkannya lagi, di tempat ini terdapat mercusuar tua serta batu-batu karang yang bahkan sebesar mobil seperti tertata di perbukitan yang berbatasan dengan pantai.Di atas bukit inilah dahulu terdapat sebuah desa bernama Desa Pimpi. Desa ini dikelilingi oleh benteng yang terbuat dari batu karang untuk melindungi desa dari para perompak. Konon, tembok benteng setinggi 150 centimeter tersebut untuk melindungi masyarakat dari perompak. Namun sejak 1960-an, permukiman tersebut tiba-tiba ditinggalkan begitu saja oleh penduduknya dan akhirnya menjadi Desa Mati.Menurut cerita yang beredar, ada dua alasan Desa Pimpi ini ditinggalkan oleh penduduk pada saat itu, yaitu adanya wabah penyakit yang menyerang desa sehingga banyaknya kematian, dan masyarakat setempat yang tidak tahan akan kekejaman belanda.Hingga saat ini taman ini dikeramatkan oleh warga setempat serta tidak sembarang orang boleh mendekatinya. Apalagi tidak jauh dari taman batu ini terdapat sebuah muara yang konon katanya ada penunggunya yaitu seekor buaya putih.
One Melangka yang mempunyai arti pasir panjang karena pantai ini memiliki panjang sekitar 4 Km. Di pantai ini juga merupakan tempat bagi penyu untuk bertelur, Sepanjang mata memandang kita disuguhi dengan pemandangan pasirnya yang putih diiringi dengan angin laut yang sepoi-sepoi dan nyiur hijau melampai. Membuat kita betah untuk berlama-lama di pantai. Belum lagi air laut yang jernih dan karang yang begitu indah. Situs menyelam pantai One Melangka memiliki akses yang mudah. Anda dapat langsung melompat di titik manapun sekitar 60 m dari pantai pasir putih. Karang berwarna-warni bersinar melalui air dangkal, menjadikannya tempat yang ideal untuk snorkeling. Snorkeling sering melihat sinar elang di dekat bibir karang. Penyelaman dapat diakses dari pantai; Namun, menggunakan perahu untuk mencapai perairan yang lebih dalam dianjurkan. Ikan bandeng, kerapu dan kakap dapat terlihat berenang di dekat dinding, sementara kura-kura, ikan Napoleon, dan parrotfish gabus juga sering ditemukan. Pantai One Melangka terletak diantara desa Taipabu dan desa Popalia. Dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Rukuwa (ibukota kecamatan Binongko) kurang lebih 1 jam. Atau langsung dari Popalia (ibukota kecamatan Togo Binongko). Untuk mengakses ke Pulau Binongko dapat ditempuh melalui laut.
> Pantai Palahidu
.Setelah sampai, para pengunjung akan disuguhkan dengan keindahan dan ketenangan pesisir pantai ini.
Rupanya, suasana tentram itu khususnya bisa dirasakan saat musim kemarau, antara Juni sampai sekira awal Oktober. Batuan cadas ditemani langit serta laut biru nan jernih semakin membuat nuansa di pantai itu semakin eksotis.
“Pantai ini sangat cocok untuk camping apalagi memiliki hamparan pasir putih halus di sepanjang pantai, apalagi untuk para pasangan recommended banget. Suasananya damai dan romantis,” ungkap Venti (20), salah satu pengunjung pantai ini.
Wisata Pantai Palahidu sendiri memiliki keunikan tersendiri dimana terletak di dalam teluk yang dikelilingi oleh tanjung di kiri dan kanannya. Terdapat pula jajaran pohon kelapa dan hamparan pasir putih yang terbentang luas yang masih terjaga kebersihannya. Air lautnya yang sangat jernih, cocok untuk aktivitas snorkeling dan diving. Pantai ini akan terlihat indah di kala sore karena dapat dinikmati matahari terbenam di sana.
“Di sekitar pantai terdapat Benteng Palahidu sehingga tempat ini memiliki perpaduan antara sejarah dan keindahan alam, apalagi ditambah pemandangan eksotik saat matahari tenggelam, dipadukan dengan cerita sejarah tentang Benteng Palahidu yang juga berada di kawasan obyek wisata ini,” ungkapnya lagi.
Perlu diketahui, di dalam benteng ini terdapat makam tua yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Dari atas benteng inilah para wisatawan dapat menyaksikan pemandangan alam dan panorama laut yang terbentang luas di Pantai Palahidu.
> Hutan Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
> Pandai Besi
anda tidak hanya disuguhkan keindahan alam bawah laut saja. Namun anda juga akan menemukan kampung pandai besi di ujung Wakatobi dan bisa menyaksikan kelihaian warga dalam membuat parang tradisional.Di Kelurahan Sawo, Pulau Binongko, Kecamatan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini akan dijumpai kampung pandai besi untuk membuat parang tradisional. Saat MNC Media memasuki kampung dari kejauhan sudah terdengar suara godam bertalu-talu yang menghantam besi. Seolah meramaikan kampung di pesisir barat Pulau Binongko pulau terujung di gugus pulau yang dulu dikenal dengan nama kepulauan tukang besi. Dimana hampir semua warga disini berprofesi sebagai pengrajin atau pembuat parang tradisional. Dimana warga lokal menyebutnya Parang Binongko. (Baca: Bawa Mayat Pakai Betor ke Puskemas, 2 Remaja di Binjai Dicokok Polisi) Lurah Sowa Saluhudin mengatakan, sehari-hari warga di kampung pandai besi ini bekerja sebagai pembuat parang secara tradisional. “Aktivitas ini sudah dilakoni warga disini secara turun temurun. Pada abad ke 17 penjelajah belanda konon menamai pulau itu ”toekang besi eilanden” yang artinya pulau tukang besi setelah berkunjung ke Binongko,” ungkap dia. Sejak berabad-abad lalu, kata dia, masyarakat setempat telah menguasai keterampilan mengolah besi menjadi parang. “Hasil produksinya dijual per partai ke seluruh penjuru Sulawesi Tenggara hingga Maluku, Papua dan Flores,” timpalnya Kepulauan ‘tukang besi’ atau Kepulauan Wakatobi adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama dan sejumlah pulau kecil lainnya dengan luas kurang lebih 821 km persegi. “Pandai besi di Kelurahan Sowa mempelajari keahlian itu secara turun-temurun. Bahan baku besi didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini bahan yang dipakai adalah pelat besi dan per mobil dari Surabaya, Jawa Timur,” kata Saluhudin. Pembuatan parang, lanjut dia, dimulai dengan memotong pelat besi atau per mobil sesuai ukuran bilah yang akan dibuat. Setelah itu besi dipanaskan di tungku berbahan bakar arang kemudian ditempa hingga pipih dan berbentuk parang. Proses selanjutnya adalah merapikan permukaan bilah dengan gerinda sebelum memasuki proses akhir berupa penyepuhan . “Dalam sehari pekerja bisa menghasilkan lebih kurang 50 buah parang setengah jadi. Pengerjaan Parang Binongko terdiri dari tiga tahapan pertama memotong batang besi, kedua melakukan pencetakan parang dan tahap ketiga itu gurinda atau mengasah parang,” ujar Saluhudin. Menurut dia, Parang Binongko menjadi kondang karena tajam dan awet ujung parang berbentuk segitiga siku-siku persis seperti parang yang dipegang pahlawan nasional kapitan Pattimura dalam gambar uang kertas pecahan Rp1.000 edisi tahun 2000. “Pandai besi disini tidak hanya memproduksi parang tetapi alat lain macam jangkar dan paku kapal, serta pisau, tergantung pemesanan pelanggan,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar